Rabu, 29 Juni 2016

curug Cimahi Bandung @miftahulUlum #Rihlah #BustanulWildan #cileunyi

Kamis, 21 Februari 2013

Belajar dan pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Salah satu peran guru sebagai evaluator perlu memiliki keterampilan dalam menilai anak didik secara objektif, continue dan komprehensif, seorang guru harus melakukan evaluasi pada anak didiknya, dalam mengevaluasi perlu memperhatikan bagaimana teknik-teknik dan prosedur dalam dunia pendidikan sehingga tujuan dan fungsi evaluasi yang diharapkan dapat tercapai. Langkah-langkah dalam mengevalusi seorang anak atau sekelompok anak perlu adanya perencanaan, pengumpulan data, penilaian data, pengolahan data dan penafsiran data yang telah dikumpulkan sehingga dapat mengambil keputusan untuk dapat melaporkan kepada lembaga pendidikan, orang tua dan masyarakat tentang kemajuan peserta didik kita.
Teori menurut Brown dan Wand  Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan, proses penilaian yang dilakukan oleh seorang guru atau evaluator untuk menilai peserta didik.
Pembelajaran adalah interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan sumber belajar serta metode pembelajaran menurut Abdul Kahar, dimana kedua ini saling berkaitan erat dalam dunia pendidikan, demi mencapai tujuan-tujaun pembelajaran. 

B.        Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada pembahasan bab ini meliputi :
·         Apa yang dimaksud dengan evaluasi dan pembelajaran?
·         Bagaimana teknik evaluasi dalam pembelajaran?
·      Bagaimana teknik mendapatkan umpan balik dalam proses belajar dan pembelajaran PAI?


C.       Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini ditujukan untuk :
·         Untuk mengetahui pengertian evaluasi dan pembelajaran
·         Untuk mengetahui teknik evaluasi
·   Untuk mengetahui teknik mendapatkan umpan balik dalam proses belajar dan pembelajaran PAI




BAB II
PEMBAHASAN
1.      EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PAI
A.    Pengertian Evaluasi dan pembelajaran
Teori Menurut Brown dan Wand Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan, proses penilaian yang dilakukan oleh seorang guru atau evaluator untuk menilai peserta didik.
Pembelajaran adalah interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan sumber belajar serta metode pembelajaran. Menurut Abdul Kahar, dimana kedua ini saling berkaitan erat dalam dunia pendidikan, demi mencapai tujuan-tujaun pembelajaran. 
Menurut Ralph Tayler evaluasi adalah proses yang menentukan sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.[1]
Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Nana Sudjana (1998) menjelaskan bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.[2]
Evaluasi sebagai alat penilai hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran, evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus. Evaluasi itu lebih dari hanya sekedar untuk menentukan angka keberhasilan belajar. Yang paling penting adalah sebagai dasar untuk umpan balik (feed back) dari proses proses belajar mengajar yang dilaksanakan.
Pelaksanaan evaluasi mempunyai manfaat sangat besar. Manfaat ini dapat ditinjau dari pelaksanaannya. Adapun jenis evaluasi serta manfaatnya adalah sebagai berikut:
1.         Evaluasi formatif. Yakni evaluasi yang dilaksanakan setiap kali selesai dipelajari suatu unit pelajaran tertentu. Manfaatnya sebagai alat penilai proses belajar mengajar suatu unit bahan pelajaran tertentu.
2.         Evaluasi sumatif. Yakni evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir pengajaran suatu program atau sejumlah unit pelajaran tertentu. Evaluasi ini mempunyai manfaat untuk menilai hasil pencapaian siswa terhadap tujuan suatu program pelajaran dalam suatu periode tertentu, seperti semester atau akhir tahun pelajaran.
3.         Evaluasi diagnostic. Yakni evaluasi yang dilaksanakan sebagai sarana diagnose. Evaluasi ini bermanfaat untuk meneliti atau mencari sebab kegagalan pengajaran, atau dimana letak kelemahan siswa dalam mempelajari suatu atau sejumlah unit pelajaran tertentu.
4.         Evaluasi penempatan. Yakni evaluasi yang dilaksanakan untuk menempatkan siswa pada suatu program pendidikan atau jurusan yang sesuai dengan kemampuan (baik potensial maupun aktual ) dan minatnya. Evaluasi ini bermanfaat dalam rangka proses penentuan jurusan di sekolah.[3]
B.     Tujuan Dan Fungsi Evaluasi
Adapun tujuan dan fungsi hasil-hasil evaluasi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi empat kategori:
1.      Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
2.      Untuk menentukan angka/hasil belajar masing-masing murid yang antara lain diperlukan untuk penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus tidaknya murid.
3.      Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (karakteristik) lainnya yang dimiliki murid.
4.      Untuk mengenal latar belakang (psikologi, fisik, dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.[4]
C.    Syarat-Syarat Umum Evaluasi
Syarat-syarat umum evaluasi adalah sebagai berikut :
1.         Validitas. Penilaian harus benar-benar mngukur apa yang hendak di ukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur tekanan udara dan tidak tepat bila digunakan untuk pengukur  tekanan udara dan tidak tepat bila digunakan untuk mengukur temperature udara. Demikian pula suatu tes memiliki suatu validitas bila tes itu benar-benar mengukur hal yang hendak dicapai.
2.         Reliabilitas. Suatu alat evaluasi memiliki reliabilitas bila menunjukkan ketetapan hasilnya. Dengan kata lain, orang yang akan di tes itu akan mendapat skor yang sama bila dites kembali dengan alat uji yang sama
3.         Objektivitas. Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya interprestasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu. Guru harus menilai siswa dengan kriteria yang sama bagi setiap pekerjaan tanpa membeda-bedakan si A atau si B dan seterusnya.
4.         Efisiensi. Suatu alat evaluasi sedapat mungkin di pergunakan tanpa membuang waktu dan uang yang banyak.
5.         Kegunaan/kepraktisan. Evaluasi harus berguna. Untuk memperoleh keterangan tentang siswa, sehingga guru dapat memberikan bimbingan sebaik-baiknya bagi para siswanya.[5]

D.    Teknik Evaluasi
Pada umumnya, ada dua teknik  evaluasi, yaitu dengan menggunakan tes dan non-tes.
1.      Tes
-       Pengertian tes
Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk. Tes seharusnya memungkinkan pendidik memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. 
-       Macam-macam tes
Ditinjau dari obyek pengukurannya, secara umum tes di bagi dua, yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes hasi belajar (achievement test). Yang termasuk dalam jenis tes kepribadian dan banyak digunakan dalam pendidikan ialah sebagai berikut: (1) pengukuran sikap; (2) pengukuran minat; (3) pengukuran bakat; (4) tes itelegensi.
-       Bentuk tes
Ditinjau dari bentuknya, tes dibagi atas tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.
Tes tertulis ialah tes yang soal jawaban diberikan oleh siswa berupa bahasa tertulis. Kelebihannya adalah dapat mengukur kemampuan siswa dalam jumlah yang besar, dalam tempat yang terpisah, dan dalam waktu yang sama. Seperti: tes esai, dan tes obyektif.
Tes lisan adalah tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Siswa akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan perintah yang diberikan.
Tes perbuatan atau tindakan ialah tes di mana jawaban yang dituntut dari siswa berupa tindakan dan tingkah laku konkrit. Observasi merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tes perbuatan atau tindakan. [6]  
2.      Non-Tes
Teknik evaluasi bukan test pada umumnya menggunakan bentuk pelaksanaan sebagai berikut :
a.       Wawancara (interview), yaitu Tanya jawab tentang suatu topik atau materi tertentu, dilakukan secara lisan.
b.      Angket (enquete), yaitu wawancara  tertulis baik pertanyaan maupun jawabannya.
c.       Pengamatan (observasi), yaitu pengamatan kegiatan seperti dalam diskusi, kerja kelompok, eksperimen, dan sebagainya.
d.      Skala penilaian (rating scale), biasanya dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap sikap atau penilaian kualitatif dengan menggunakan bentuk skala (kuantitatif).
e.       Daftar cek (check list), yaitu suatu penilaian dengan menggunakan daftar cek. Biasanya dilakukan dalam kegiatan pengamatan atau observasi.
Kedua macam teknik evaluasi ini mempunyai manfaat dan kegunaan masing-masing.[7]

E.     Langkah-Langkah Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi menempuh tiga tahapan utama, yaitu:
1.      Tahapan persiapan. Pada tahapan ini bahan-bahan yang di perlukan untuk menyusun alat evaluasi dihimpun. Bahan-bahan tersebut meliputi: tujuan pengajaran yakni bentuk perilaku yang akan di evaluasi, menentukan ruang lingkup dan urutan bahan berpedoman pada kisi-kisi yang di buat, menuliskan butir-butir soal, dan bila evaluasi dilaksanakan selain kepentingan evaluasi formatif, soal yang dibuat perlu diuji coba terlebih dahulu sebelum di perbanyak sesuai dengan kebutuhan.
2.      Tahap pelaksanaan. Melaksanakan evaluasi harus disesuaikan dengan maksud tertentu. Evaluasi formatif dilaksanakan setiap kali selesai dilakukan pengajaran terhadap satu unit pelajaran tertentu. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program, apakah semester atau kelas terakhir (Evaluasi belajar tahap akhir termasuk pula evaluasi sumatif). Evaluasi diagnostik dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
3.      Tahap pemeriksaan, penentuan dan pengolahan angka atau skor. Dalam memeriksa pekerjaan hasil evaluasi seharusnya digunakan kunci jawaban, baik untuk evaluasi dengan test essay ataupun test obyektif. Hal ini di samping untuk mempermudah pemeriksaan juga untuk menghindari unsure subyektif dalam memberikan angka. [8]
F.     Sistem Evaluasi/Penilaian Hasil Belajar
1.      Kriteria penilaian acuan normatif (PAN)
Penilaian acuan normatif (PAN) digunakan apabila penilaian hasil belajar siswa ditujukan untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya. Apakah ia termasuk siswa yang tergolong pandai, sedang atau kurang setelah hasilnya dibandingkan dengan teman-teman sekelas. Jadi patokan yang digunakan dalam menilai prestasi siswa selalu dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Hal ini dlakukan dengan tujuan untuk membedakan siswa atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan mulai dari terendah sampai pada tingkat tertinggi. PAN ini cocok digunakan untuk keperluan seleksi, untuk penempatan siswa, dan untuk tes sumatif.  
2.      Penilaian acuan patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan (PAP) lebih ditujukan kepada penguasaan materi pelajaran, bukan pada kedudukan siswa di dalam kelas. PAP berusaha mengukur tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa yang tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan bereti gagal, atau materi pelajaran yang diberikan belum berhasil dikuasainya. PAP biasanya digunakan dalam tes formatif atau dignostik. Jadi, PAP merupakan penilaian yang ditujukan untuk mengetahui sudah atau belumnya siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kemampuan apa yang sudah dan kemampuan apa yang belum dikuasai siswa setelah mereka menyelesaikan materi pelajaran. [9] 
2.      TEKNIK MENDAPATKAN UMPAN BALIK DALAM PROSES BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PAI
Umpan balik yang di berikan oleh anak didik selama pelajaran berlangsung ternyata bermacam-macam, tergantung dari rangsangan yang diberikan oleh guru. Rangsangan yang diberikan guru bermacam-macam dengan tanggapan yang bermacam-macam pula dari anak didik. Rangsangan guru dalam bentuk Tanya, maka tanggapan anak didik dalam bentuk jawab. Sebaiknya, rangsangan anak didik dalam bentuk Tanya, maka tanggapan guru dalam bentuk jawab. Maka jadilah interaksi dalam bentuk Tanya jawab juga. Tetapi interaksi yang terakhir ini, anak didik yang bertanya dan guru yang menjawab atas masalah yang diajukan oleh anak didik setelah diberikan bahan pelajaran.[10]
Umpan balik merupakan suatu hal yang sangat penting artinya bagi siswa selama proses belajarnya. Untuk mendapatkan umpan balik secara lebih sempurna, maka guru dapat melakukan beberapa teknik antara lain:
1.      Menggunakan alat bantuk yang tepat
Kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang baik akan menciptakan situasi yang memungkinkan siswa untuk belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Guru yang menyadari kelemahan dirinya dalam menjelaskan isi dari materi pelajaran yang disampaikan sebaiknya memanfaatkan alat bantu untuk memperjelas isi dari bahan yang menyangkut fakta, konsep, atau prinsip yang kurang dapat dijelaskan lewat kata-kata atau kalimat dalam metode ceramah. Dengan begitu, kelemahan metode ceramah dapat teratasi oleh penggunaan alat bantu yang cocok untuk mengkonkritkan masalah rumit dan kompleks.
2.      Memilih bentuk motivasi yang baik
Terdapat beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi berprestasi, yakni:
a.       Memberikan angka.
b.      Hadiah.
c.       Gerakan tubuh.
d.      Memberikan tugas
e.       Memberi ulangan.
f.       Hukuman.
3.      Penggunaan metode yang bervariasi 
Penggunaan metode yang bervariasi merupakan senjata yang ampuh untuk mendapatkan umpan balik pembelajaran. Karena itu, guru mesti cerdas memilih, menentukan dan menggunakan metode untuk semua tujuan atau memakai banyak metode tanpa tujuan. Pakailah metode secara tepat sesuai dengan tujuan pebelajaran.[11]
Adapun dalam buku Strategi Belajar Mengajar Karangan Syaiful Bahri Djamarah, untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual. Berikut ini akan diuraikan beberapa teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik.
a.      Memancing Apersepsi Anak Didik
Anak didik adalah makhluk individual. Anak didik adalah orang yang mempunyai kepribadian dengan cirri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangan dan pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri dipengaruhi lingkungan di mana anak hidup berdampingan dengan orang lain disekitarnya dan dengan alam lingkungan hidup lainnya. Itulah sebabnya, anak sebagai makhluk individual suatu waktu harus hidup berdampingan dengan semua orang dalam lingkup kehidupan sosial di masyarakat. 
b.      Memanfaatkan Taktik Alat Bantuk Yang Akseptabel
Bahan pelajaran adalah isi yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Bahan yang akan disampaikan oleh guru itu bermacam-macam sifatnya, mulai dari yang mudah, sedang, sampai ke yang sukar. Tinjauan mengenai sifat bahan ini dikarenakan dalam setiap kali proses belajar mengajar berlangsung ada di antara anak didik yang kurang mampu memproses (mengolah) bahan dengan baik, sehingga pengertianpun sukar didapatkan. Inteligensi adalah factor lain yang menyebabkannya. Sukar dipahaminya penjelasan guru juga menjadi factor penyebabnya. 
c.       Memilih Bentuk Motivasi Yang Akurat
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dengan sengaja diciptakan untuk kepentingan anak didik. Agar anak didik senang dan bergairah belajar, guru berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang ada.
Dalam usaha untuk membangkitkan gairah belajar anak didik, ada 6 hal yang dapat dikerjakan oleh guru, yaitu:
1.      Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
2.      Menjelaskan secara konkret kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
3.      Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik dikemudian hari.
4.      Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
5.      Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.
6.      Menggunakan metode yang bervariasi. (syaiful bahri djamarah, 1994:38)

d.      Menggunakan Metode Yang Bervariasi
Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang dipergunakan itu tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penggunaan metode akan menghasilkan kemampuan yang sesuai dengan karakteristik metode tersebut. kemampuan yang dihasilkan oleh metode ceramah akan berbeda dengan kemampuan yang dihasilkan oleh metode diskusi. Demikian juga dengan penggunaan metode mengajar lainnya seperti metode eksperimen, observasi, karyawisata, problem solving, dan sebagainya. 
Penggunaan metode mengajar yang bervariasi dapat menggairahkan belajar anak didik. Umpan balik dari anak didik akan bangkit sejalan dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi psikologis anak didik. Maka penting memahami kondisi psikologis anak didik sebelum menggunakan metode mengajar guna mendapatkan umpan balik optimal dari setiap anak didik. [12]





BAB III
KESIMPULAN
Menurut Ralph Tayler evaluasi adalah proses yang menentukan sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.[13]
Menurut Brown dan Wand  Pembelajaran adalah interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan sumber belajar serta metode pembelajaran. Menurut Abdul Kahar, dimana kedua ini saling berkaitan erat dalam dunia pendidikan, demi mencapai tujuan-tujaun pembelajaran.
Adapun pada umumnya, ada dua teknik  evaluasi, yaitu dengan menggunakan tes dan non-tes.
Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk. Seperti: Ditinjau dari bentuknya, tes dibagi atas tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan
Teknik evaluasi bukan test (non tes) pada umumnya menggunakan bentuk pelaksanaan seperti: wawancara, angket, observasi, skala penilaian, daftar cek.
Untuk mendapatkan umpan balik secara lebih sempurna, maka guru dapat melakukan beberapa teknik antara lain:
1.      Menggunakan alat bantuk yang tepat
2.      Memilih bentuk motivasi yang baik
Terdapat beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi berprestasi, yakni: Memberikan angka, Hadiah, Gerakan tubuh, Memberikan tugas, Memberi ulangan, dan Hukuman.
3.      Penggunaan metode yang bervariasi.[14]
Dari pemaparan tentang evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran PAI di sekolah harus memperhatikan tata cara, teknik, prinsip-prinsip serta tujuan dari dilaksanakannya evaluasi pembelajaran tersebut. Dengan demikian apabila seluruh aspek yang ada dalam evaluasi pembelajaran itu diperhatikan dengan baik maka keberhasilan guru maupun siswa dalam proses belajar tersebut akan biasa dijadikan sebagai acuan untuk perbaikan selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA
-             Ali, Muhammad. 2004. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
-             Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
-             Sobry Sutikno, M. 2008. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
-             Mas’ud, Abdurrahman. 2004. Antologi Studi Agama Dan Pendidikan Islam. Semarang: Aneka Ilmu.
-             Yusuf Tayibnapis, Farida. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.


[1] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 3.
                    
[2] M. sobry sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Prospect, 2008), cet ke 2, hlm. 113.
[3] Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar baru algesindo, 2004), cet ke 12, hlm. 113-114.
[4] Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi (Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), hlm. 76.
[5] Ibid, hlm. 115-116
[6] Ibid, hlm. 117.
[7] Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, hlm. 117.
[8] Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, hlm. 120-121
[9] M. sobry sutikno, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 134-135.
[10] Drs.Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag & Drs.Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Rineka Cipta, 2010), Cet.4, hlm.141.
[11] M. sobry sutikno, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 153-157.
[12] Drs.Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag & Drs.Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Rineka Cipta, 2010), Cet.4, hlm. 145-159.
[13] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 3.
                    
[14] M. sobry sutikno, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 153-157.