curug Cimahi Bandung @miftahulUlum #Rihlah #BustanulWildan #cileunyi
Its me "Ratna Dewi Yulianti" 23 ^_^
Rabu, 29 Juni 2016
Selasa, 18 Agustus 2015
Jumat, 22 Februari 2013
Kamis, 21 Februari 2013
Belajar dan pembelajaran
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu
peran guru sebagai evaluator perlu memiliki keterampilan dalam menilai anak
didik secara objektif, continue dan komprehensif, seorang guru harus melakukan
evaluasi pada anak didiknya, dalam mengevaluasi perlu memperhatikan bagaimana
teknik-teknik dan prosedur dalam dunia pendidikan sehingga tujuan dan fungsi evaluasi
yang diharapkan dapat tercapai. Langkah-langkah dalam mengevalusi seorang anak
atau sekelompok anak perlu adanya perencanaan, pengumpulan data, penilaian
data, pengolahan data dan penafsiran data yang telah dikumpulkan sehingga dapat
mengambil keputusan untuk dapat melaporkan kepada lembaga pendidikan, orang tua
dan masyarakat tentang kemajuan peserta didik kita.
Teori menurut
Brown dan Wand Evaluasi adalah suatu
tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan, proses penilaian yang dilakukan oleh seorang guru atau evaluator
untuk menilai peserta didik.
Pembelajaran
adalah interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan
sumber belajar serta metode pembelajaran menurut Abdul Kahar, dimana kedua ini
saling berkaitan erat dalam dunia pendidikan, demi mencapai tujuan-tujaun
pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
Perumusan masalah pada pembahasan bab ini meliputi :
·
Apa yang
dimaksud dengan evaluasi dan pembelajaran?
·
Bagaimana teknik
evaluasi dalam pembelajaran?
· Bagaimana
teknik mendapatkan umpan balik dalam proses belajar dan pembelajaran PAI?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini ditujukan untuk :
·
Untuk mengetahui
pengertian evaluasi dan pembelajaran
·
Untuk mengetahui
teknik evaluasi
· Untuk
mengetahui teknik mendapatkan umpan balik dalam proses belajar dan pembelajaran
PAI
BAB
II
PEMBAHASAN
1. EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PAI
A. Pengertian Evaluasi dan pembelajaran
Teori Menurut
Brown dan Wand Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan, proses penilaian yang dilakukan oleh seorang guru atau evaluator
untuk menilai peserta didik.
Pembelajaran
adalah interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan
sumber belajar serta metode pembelajaran. Menurut Abdul Kahar, dimana kedua ini
saling berkaitan erat dalam dunia pendidikan, demi mencapai tujuan-tujaun
pembelajaran.
Menurut Ralph Tayler evaluasi
adalah proses yang menentukan sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.[1]
Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan membandingkan
hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Nana Sudjana (1998)
menjelaskan bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga
atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam
rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan
pengalaman belajarnya.[2]
Evaluasi sebagai alat penilai hasil pencapaian
tujuan dalam pengajaran, evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus.
Evaluasi itu lebih dari hanya sekedar untuk menentukan angka keberhasilan
belajar. Yang paling penting adalah sebagai dasar untuk umpan balik (feed back)
dari proses proses belajar mengajar yang dilaksanakan.
Pelaksanaan evaluasi mempunyai manfaat sangat besar.
Manfaat ini dapat ditinjau dari pelaksanaannya. Adapun jenis evaluasi serta
manfaatnya adalah sebagai berikut:
1.
Evaluasi
formatif. Yakni evaluasi yang dilaksanakan setiap kali selesai dipelajari suatu
unit pelajaran tertentu. Manfaatnya sebagai alat penilai proses belajar
mengajar suatu unit bahan pelajaran tertentu.
2.
Evaluasi
sumatif. Yakni evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir pengajaran suatu program
atau sejumlah unit pelajaran tertentu. Evaluasi ini mempunyai manfaat untuk
menilai hasil pencapaian siswa terhadap tujuan suatu program pelajaran dalam
suatu periode tertentu, seperti semester atau akhir tahun pelajaran.
3.
Evaluasi
diagnostic. Yakni evaluasi yang dilaksanakan sebagai sarana diagnose. Evaluasi
ini bermanfaat untuk meneliti atau mencari sebab kegagalan pengajaran, atau
dimana letak kelemahan siswa dalam mempelajari suatu atau sejumlah unit
pelajaran tertentu.
4.
Evaluasi
penempatan. Yakni evaluasi yang dilaksanakan untuk menempatkan siswa pada suatu
program pendidikan atau jurusan yang sesuai dengan kemampuan (baik potensial
maupun aktual ) dan minatnya. Evaluasi ini bermanfaat dalam rangka proses
penentuan jurusan di sekolah.[3]
B. Tujuan Dan Fungsi Evaluasi
Adapun tujuan dan
fungsi hasil-hasil evaluasi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi empat
kategori:
1.
Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada
guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
2.
Untuk menentukan angka/hasil belajar
masing-masing murid yang antara lain diperlukan untuk penentuan kenaikan kelas
dan penentuan lulus tidaknya murid.
3.
Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar
mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (karakteristik) lainnya
yang dimiliki murid.
4.
Untuk mengenal latar belakang (psikologi,
fisik, dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang
hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan
tersebut.[4]
C. Syarat-Syarat Umum Evaluasi
Syarat-syarat
umum evaluasi adalah sebagai berikut :
1.
Validitas.
Penilaian harus benar-benar mngukur apa yang hendak di ukur. Misalnya,
barometer adalah alat pengukur tekanan udara dan tidak tepat bila digunakan
untuk pengukur tekanan udara dan tidak
tepat bila digunakan untuk mengukur temperature udara. Demikian pula suatu tes
memiliki suatu validitas bila tes itu benar-benar mengukur hal yang hendak
dicapai.
2.
Reliabilitas.
Suatu alat evaluasi memiliki reliabilitas bila menunjukkan ketetapan hasilnya.
Dengan kata lain, orang yang akan di tes itu akan mendapat skor yang sama bila
dites kembali dengan alat uji yang sama
3.
Objektivitas.
Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya
interprestasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu. Guru harus
menilai siswa dengan kriteria yang sama bagi setiap pekerjaan tanpa
membeda-bedakan si A atau si B dan seterusnya.
4.
Efisiensi. Suatu
alat evaluasi sedapat mungkin di pergunakan tanpa membuang waktu dan uang yang
banyak.
5.
Kegunaan/kepraktisan.
Evaluasi harus berguna. Untuk memperoleh keterangan tentang siswa, sehingga
guru dapat memberikan bimbingan sebaik-baiknya bagi para siswanya.[5]
D. Teknik Evaluasi
Pada umumnya,
ada dua teknik evaluasi, yaitu dengan
menggunakan tes dan non-tes.
1. Tes
-
Pengertian tes
Tes adalah alat
pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada
testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk. Tes seharusnya
memungkinkan pendidik memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
-
Macam-macam tes
Ditinjau dari
obyek pengukurannya, secara umum tes di bagi dua, yaitu tes kepribadian (personality
test) dan tes hasi belajar (achievement test). Yang termasuk dalam
jenis tes kepribadian dan banyak digunakan dalam pendidikan ialah sebagai
berikut: (1) pengukuran sikap; (2) pengukuran minat; (3) pengukuran bakat; (4)
tes itelegensi.
-
Bentuk tes
Ditinjau dari
bentuknya, tes dibagi atas tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.
Tes
tertulis ialah tes yang soal jawaban diberikan oleh siswa berupa bahasa
tertulis. Kelebihannya adalah dapat mengukur kemampuan siswa dalam jumlah yang
besar, dalam tempat yang terpisah, dan dalam waktu yang sama. Seperti: tes
esai, dan tes obyektif.
Tes
lisan adalah tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Siswa akan
mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan
perintah yang diberikan.
Tes
perbuatan atau tindakan ialah tes di mana jawaban yang dituntut dari siswa
berupa tindakan dan tingkah laku konkrit. Observasi merupakan alat yang dapat
digunakan untuk mengukur tes perbuatan atau tindakan. [6]
2.
Non-Tes
Teknik evaluasi
bukan test pada umumnya menggunakan bentuk pelaksanaan sebagai berikut :
a. Wawancara
(interview), yaitu Tanya jawab tentang suatu topik atau materi tertentu,
dilakukan secara lisan.
b. Angket
(enquete), yaitu wawancara tertulis baik
pertanyaan maupun jawabannya.
c. Pengamatan
(observasi), yaitu pengamatan kegiatan seperti dalam diskusi, kerja kelompok,
eksperimen, dan sebagainya.
d. Skala
penilaian (rating scale), biasanya dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap
sikap atau penilaian kualitatif dengan menggunakan bentuk skala (kuantitatif).
e. Daftar
cek (check list), yaitu suatu penilaian dengan menggunakan daftar cek. Biasanya
dilakukan dalam kegiatan pengamatan atau observasi.
Kedua macam
teknik evaluasi ini mempunyai manfaat dan kegunaan masing-masing.[7]
E. Langkah-Langkah Evaluasi
Pelaksanaan
evaluasi menempuh tiga tahapan utama, yaitu:
1. Tahapan
persiapan. Pada tahapan ini bahan-bahan yang di perlukan untuk menyusun alat
evaluasi dihimpun. Bahan-bahan tersebut meliputi: tujuan pengajaran yakni
bentuk perilaku yang akan di evaluasi, menentukan ruang lingkup dan urutan
bahan berpedoman pada kisi-kisi yang di buat, menuliskan butir-butir soal, dan
bila evaluasi dilaksanakan selain kepentingan evaluasi formatif, soal yang
dibuat perlu diuji coba terlebih dahulu sebelum di perbanyak sesuai dengan kebutuhan.
2. Tahap
pelaksanaan. Melaksanakan evaluasi harus disesuaikan dengan maksud tertentu.
Evaluasi formatif dilaksanakan setiap kali selesai dilakukan pengajaran
terhadap satu unit pelajaran tertentu. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir
program, apakah semester atau kelas terakhir (Evaluasi belajar tahap akhir
termasuk pula evaluasi sumatif). Evaluasi diagnostik dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan.
3. Tahap
pemeriksaan, penentuan dan pengolahan angka atau skor. Dalam memeriksa
pekerjaan hasil evaluasi seharusnya digunakan kunci jawaban, baik untuk
evaluasi dengan test essay ataupun test obyektif. Hal ini di samping untuk
mempermudah pemeriksaan juga untuk menghindari unsure subyektif dalam
memberikan angka. [8]
F. Sistem Evaluasi/Penilaian Hasil Belajar
1. Kriteria
penilaian acuan normatif (PAN)
Penilaian acuan normatif (PAN) digunakan apabila
penilaian hasil belajar siswa ditujukan untuk mengetahui kedudukan siswa dalam
kelompoknya. Apakah ia termasuk siswa yang tergolong pandai, sedang atau kurang
setelah hasilnya dibandingkan dengan teman-teman sekelas. Jadi patokan yang
digunakan dalam menilai prestasi siswa selalu dibandingkan dengan prestasi
kelompoknya. Hal ini dlakukan dengan tujuan untuk membedakan siswa atas
kelompok-kelompok tingkat kemampuan mulai dari terendah sampai pada tingkat
tertinggi. PAN ini cocok digunakan untuk keperluan seleksi, untuk penempatan
siswa, dan untuk tes sumatif.
2. Penilaian
acuan patokan (PAP)
Penilaian acuan
patokan (PAP) lebih ditujukan kepada penguasaan materi pelajaran, bukan pada
kedudukan siswa di dalam kelas. PAP berusaha mengukur tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran. Siswa yang tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan bereti
gagal, atau materi pelajaran yang diberikan belum berhasil dikuasainya. PAP
biasanya digunakan dalam tes formatif atau dignostik. Jadi, PAP merupakan
penilaian yang ditujukan untuk mengetahui sudah atau belumnya siswa mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kemampuan apa yang sudah dan
kemampuan apa yang belum dikuasai siswa setelah mereka menyelesaikan materi
pelajaran. [9]
2.
TEKNIK
MENDAPATKAN UMPAN BALIK DALAM PROSES BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PAI
Umpan balik yang
di berikan oleh anak didik selama pelajaran berlangsung ternyata
bermacam-macam, tergantung dari rangsangan yang diberikan oleh guru. Rangsangan
yang diberikan guru bermacam-macam dengan tanggapan yang bermacam-macam pula
dari anak didik. Rangsangan guru dalam bentuk Tanya, maka tanggapan anak didik
dalam bentuk jawab. Sebaiknya, rangsangan anak didik dalam bentuk Tanya, maka tanggapan
guru dalam bentuk jawab. Maka jadilah interaksi dalam bentuk Tanya jawab juga.
Tetapi interaksi yang terakhir ini, anak didik yang bertanya dan guru yang
menjawab atas masalah yang diajukan oleh anak didik setelah diberikan bahan
pelajaran.[10]
Umpan balik
merupakan suatu hal yang sangat penting artinya bagi siswa selama proses
belajarnya. Untuk mendapatkan umpan balik secara lebih sempurna, maka guru
dapat melakukan beberapa teknik antara lain:
1. Menggunakan
alat bantuk yang tepat
Kemampuan guru dalam mengelola
proses belajar mengajar yang baik akan menciptakan situasi yang memungkinkan
siswa untuk belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran.
Guru yang menyadari kelemahan dirinya dalam menjelaskan isi dari materi
pelajaran yang disampaikan sebaiknya memanfaatkan alat bantu untuk memperjelas
isi dari bahan yang menyangkut fakta, konsep, atau prinsip yang kurang dapat
dijelaskan lewat kata-kata atau kalimat dalam metode ceramah. Dengan begitu,
kelemahan metode ceramah dapat teratasi oleh penggunaan alat bantu yang cocok
untuk mengkonkritkan masalah rumit dan kompleks.
2. Memilih
bentuk motivasi yang baik
Terdapat beberapa cara
untuk menumbuhkan motivasi berprestasi, yakni:
a. Memberikan
angka.
b. Hadiah.
c. Gerakan
tubuh.
d. Memberikan
tugas
e. Memberi
ulangan.
f. Hukuman.
3. Penggunaan
metode yang bervariasi
Penggunaan metode yang bervariasi
merupakan senjata yang ampuh untuk mendapatkan umpan balik pembelajaran. Karena
itu, guru mesti cerdas memilih, menentukan dan menggunakan metode untuk semua
tujuan atau memakai banyak metode tanpa tujuan. Pakailah metode secara tepat
sesuai dengan tujuan pebelajaran.[11]
Adapun dalam
buku Strategi Belajar Mengajar Karangan Syaiful Bahri Djamarah, untuk mendapatkan
umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan tepat
dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual. Berikut ini akan
diuraikan beberapa teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik.
a. Memancing Apersepsi Anak Didik
Anak didik
adalah makhluk individual. Anak didik adalah orang yang mempunyai kepribadian
dengan cirri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya.
Perkembangan dan pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya.
Perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri dipengaruhi lingkungan di mana
anak hidup berdampingan dengan orang lain disekitarnya dan dengan alam
lingkungan hidup lainnya. Itulah sebabnya, anak sebagai makhluk individual
suatu waktu harus hidup berdampingan dengan semua orang dalam lingkup kehidupan
sosial di masyarakat.
b. Memanfaatkan Taktik Alat Bantuk Yang Akseptabel
Bahan pelajaran
adalah isi yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Bahan yang
akan disampaikan oleh guru itu bermacam-macam sifatnya, mulai dari yang mudah,
sedang, sampai ke yang sukar. Tinjauan mengenai sifat bahan ini dikarenakan
dalam setiap kali proses belajar mengajar berlangsung ada di antara anak didik
yang kurang mampu memproses (mengolah) bahan dengan baik, sehingga
pengertianpun sukar didapatkan. Inteligensi adalah factor lain yang menyebabkannya.
Sukar dipahaminya penjelasan guru juga menjadi factor penyebabnya.
c. Memilih Bentuk Motivasi Yang Akurat
Proses belajar
mengajar adalah suatu proses yang dengan sengaja diciptakan untuk kepentingan
anak didik. Agar anak didik senang dan bergairah belajar, guru berusaha
menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi
kelas yang ada.
Dalam usaha
untuk membangkitkan gairah belajar anak didik, ada 6 hal yang dapat dikerjakan
oleh guru, yaitu:
1. Membangkitkan
dorongan kepada anak didik untuk belajar.
2. Menjelaskan
secara konkret kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir
pengajaran.
3. Memberikan
ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsang
untuk mendapat prestasi yang lebih baik dikemudian hari.
4. Membentuk
kebiasaan belajar yang baik.
5. Membantu
kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.
6. Menggunakan
metode yang bervariasi. (syaiful bahri djamarah, 1994:38)
d. Menggunakan Metode Yang Bervariasi
Metode adalah
strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap
kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang dipergunakan itu tidak
sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penggunaan metode
akan menghasilkan kemampuan yang sesuai dengan karakteristik metode tersebut.
kemampuan yang dihasilkan oleh metode ceramah akan berbeda dengan kemampuan
yang dihasilkan oleh metode diskusi. Demikian juga dengan penggunaan metode
mengajar lainnya seperti metode eksperimen, observasi, karyawisata, problem
solving, dan sebagainya.
Penggunaan
metode mengajar yang bervariasi dapat menggairahkan belajar anak didik. Umpan
balik dari anak didik akan bangkit sejalan dengan penggunaan metode mengajar
yang sesuai dengan kondisi psikologis anak didik. Maka penting memahami kondisi
psikologis anak didik sebelum menggunakan metode mengajar guna mendapatkan
umpan balik optimal dari setiap anak didik. [12]
BAB
III
KESIMPULAN
Menurut Ralph Tayler evaluasi
adalah proses yang menentukan sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.[13]
Menurut Brown dan Wand Pembelajaran
adalah interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan
sumber belajar serta metode pembelajaran. Menurut Abdul Kahar, dimana kedua ini
saling berkaitan erat dalam dunia pendidikan, demi mencapai tujuan-tujaun
pembelajaran.
Adapun pada
umumnya, ada dua teknik evaluasi, yaitu
dengan menggunakan tes dan non-tes.
Tes adalah alat
pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada
testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk. Seperti: Ditinjau dari
bentuknya, tes dibagi atas tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan
Teknik evaluasi
bukan test (non tes) pada umumnya menggunakan bentuk pelaksanaan seperti:
wawancara, angket, observasi, skala penilaian, daftar cek.
Untuk
mendapatkan umpan balik secara lebih sempurna, maka guru dapat melakukan
beberapa teknik antara lain:
1. Menggunakan
alat bantuk yang tepat
2. Memilih
bentuk motivasi yang baik
Terdapat beberapa cara
untuk menumbuhkan motivasi berprestasi, yakni: Memberikan angka, Hadiah,
Gerakan tubuh, Memberikan tugas, Memberi ulangan, dan Hukuman.
3. Penggunaan
metode yang bervariasi.[14]
Dari pemaparan tentang evaluasi pembelajaran pendidikan agama
Islam di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan evaluasi
pembelajaran PAI di sekolah harus memperhatikan tata cara, teknik,
prinsip-prinsip serta tujuan dari dilaksanakannya evaluasi pembelajaran
tersebut. Dengan demikian apabila seluruh aspek yang ada dalam evaluasi
pembelajaran itu diperhatikan dengan baik maka keberhasilan guru maupun siswa
dalam proses belajar tersebut akan biasa dijadikan sebagai acuan untuk
perbaikan selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Ali, Muhammad.
2004. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
-
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
-
Sobry Sutikno,
M. 2008. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
-
Mas’ud, Abdurrahman. 2004. Antologi Studi
Agama Dan Pendidikan Islam. Semarang: Aneka Ilmu.
-
Yusuf Tayibnapis, Farida. 2000. Evaluasi
Program. Jakarta: Rineka Cipta.
[1] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 3.
[2] M. sobry
sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Prospect, 2008), cet ke 2,
hlm. 113.
[3] Muhammad Ali, Guru
Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar baru algesindo, 2004), cet
ke 12, hlm. 113-114.
[4] Abdul Rachman Saleh,
Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi (Jakarta: Gemawindu
Pancaperkasa, 2000), hlm. 76.
[5]
Ibid, hlm. 115-116
[6]
Ibid,
hlm. 117.
[7] Muhammad Ali, Guru
Dalam Proses Belajar Mengajar, hlm. 117.
[8]
Muhammad
Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, hlm. 120-121
[10] Drs.Syaiful
Bahri Djamarah, M.Ag & Drs.Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:
Rineka Cipta, 2010), Cet.4, hlm.141.
[12] Drs.Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag
& Drs.Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Rineka Cipta, 2010),
Cet.4, hlm. 145-159.
[13] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 3.
Langganan:
Postingan (Atom)